Jumat, 04 Maret 2011

FAKTA DAN DATA HADITS SYI'AH >> oleh : m iman taufiqurrahman

П
FAKTA & DATA
HADITS SYI’AH

П

Perbandingan hadits Bukhari (sunni) dan Al-Kaafi (syi’ah)

Shahih Bukhari dan Muslim, seluruh hadits yang ada dalam kitab itu yang tersambung sanadnya adalah shahih, sedangkan Al Kafi, kebanyakan haditsnya adalah dhaif. Menurut pengakuan Fakhruddin At Tharihi ada 9845 hadits yang dhaif dalam kitab Al Kafi, dari jumlah 16119 hadits Al Kafi.

Sedangkan mayoritas hadits dalam Al Kafi adalah Ahad yang tidak dapat dijadikan pegangan dalam masalah akidah –menurut syi’ah sendiri-.

jika kitab yang tershahih (baca tervalid) banyak dhaifnya, apalagi kitab yang dhaif, pasti lebih parah lagi.

П

Perbandingan  jumlah riwayat dari ahlulbait dalam kitab hadits ahlussunnah dan syi’ah

Jumlah riwayat yang ada dalam empat kitab syi’ah (
Al Kafi, Man La Yahdhuruhul Faqih, At Tahdzib dan Al Istibshar) adalah 44 ribu riwayat lebih sedikit, tetapi riwayat yang berasal dari Nabi SAW hanya ada 644, atau hanya sekitar 1.5 % saja. Itu saja banyak yang sanadnya terputus dan tidak shahih.

Tetapi anda akan menemukan puluhan ribu riwayat bersambung dari Nabi SAW dalam kitab ahlussunnah.

kitab Al Kafi yang haditsnya berjumlah 16199, hanya ada 92 riwayat dari Nabi SAW, sementara riwayat dari Ja’far As Shadiq berjumlah 9219.

П 

Riwayat dari Ali bin Abi Thalib dalam empat kitab syi’ah di atas hanya berjumlah 690 riwayat, kebanyakan terputus sanadnya dan tidak shahih.

Tetapi dalam sembilan kitab hadits (
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Nasa’I, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, Muwatha’ Malik, Musnad Ahmad dan Sunan Darimi) Ahlussunnah, kita temukan 1583 riwayat dari Ali bin Abi Thalib, lebih banyak dari riwayat Abubakar yang hanya ada 210 riwayat dalam kitab hadits Ahlussunnah, lebih banyak dari Umar yang hanya ada 977 riwayat, dan lebih banyak dari Usman yang hanya ada 313 riwayat.

П 

Riwayat dari Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang ada dalam empat literatur utama hadits syi’ah hanya berjumlah 21 riwayat. Sementara sembilan kitab hadits ahlussunnah memuat 35 riwayat dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

П

Empat kitab literatur utama hadits syi’ah tidak memuat riwayat dari Fatimah Az Zahra Alaihassalam, sementara dalam sembilan literatur Ahlussunnah terdapat 11 riwayat dari Fatimah.

П

Riwayat Imam Husein yang tercantum dalam empat literatur utama hadits syi’ah hanya berjumlah 7 riwayat saja. Sementara dalam sembilan kitab literatur hadits ahlussunnah memuat 43 riwayat dari Imam Husein.

П

Riwayat dari Imam Ali Zainal Abidin, Muhammad Al Baqir dan Ja’far As Shadiq dalam sembilan kitab hadits sunni lebih banyak daripada riwayat Abubakar, Umar dan Usman.

П

Sebenarnya selain yang empat kitab rujukan utama syi’ah, adalagi satu Kitab yang jadi rujukan syi’ah yaitu Kitab Madinatul Ilmi, karya syaikh As Shaduq, Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husein bin Musa bin Babawaih Al Qummi, wafat tahun 381 H

Kitab Madinatul Ilmi diyakini sebagai rujukan kedua setelah Al-Kafi. Syaikh Husein bin Abdus Shamad Al Haritsi mengatakan dalam kitab Dirayah : kitab utama kita ada lima, yaitu Al Kafi, Madinatul Ilmi, Man La Yahdhuruhul Faqih, Tahdzib dan Istibshar. Bahkan kitab itu [madinatul ilmi] lebih besar daripada Man La Yahdhuruhul Faqih, seperti dinyatakan oleh Syaikh At Thaifah dalam Al Fahrasat, begitu juga oleh Syaikh Muntajabuddin dalam Fahrasnya. Ibnu Syahr Asyub mengatakan dalam Ma’alimul Ulama, bahwa kitab Madinatul Ilmi terdiri dari 10 jilid, sedangkan Man La Yahdhuruhul Faqih hanya 4 jilid.

Kitab ini menuqil lebih banyak sabda Nabi Muhammad daripada keempat Kitab rujukan syi’ah. Ayah dari Syaikh Al Baha’I Al Amili, -wafat tahun 984 H=991 M -, Dalam kitab wushulul akhyar ila ushulil akhbar hal 85, walid mengatakan: “Dan lima kitab ushul (mazhab) kami, yaitu Al Kafi, Madinatul Ilmi, Man La yahdhuruul faqih, At Tahdzib dan Al Istibshar, telah memuat kebanyakan hadits yang diriwayatkan dari Nabi dan para Imam maksum, “

Sayang sekali kitab itu hilang dari peredaran padahal sudah beredar selama 500 tahun (aneh). Pekerjaan melenyapkan sebuah kitab yang berumur 500 tahun lebih, bukanlah pekerjaan mudah.

Dalam hal ini jika kita membaca kabar terakhir kitab itu ditemukan, yaitu sekitar tahun 980 H, ternyata masa itu adalah masa kekuatan dinasti shafavid di iran, di mana saat itu mazhab syiah imamiyah berkembang pesat, hingga merubah Iran yang dulunya mayoritas sunni, menjadi negara syiah seperti kita saksikan bersama. Jauh setelah dinasti Umayah runtuh. Perlu diketahui, dinasti shafavid berkuasa di Iran antara tahun 1501 M = 906 H, sampai sekitar tahun 1736 M= 1148 H.

Ulama syiah: Allamah Al Majlisi, begitu juga dari generasi sesudahnya, yaitu Hujjatul Islam As Syafati, Sayyid Muhammad Baqir Al Jilani Al Ashfahani, mengeluarkan banyak uang, untuk mencari kitab Madinaatul Ilmi,  tetapi tetap tidak menemukannya.


П

Abu Hurairah digugat syi’ah! karena meriwayatkan 5000 hadits hanya dengan tiga tahun masuk Islam. sedangkan Abubakar yang 22 tahun sebelum Nabi wafat riwayat haditsnya tidak sebanyak itu. Adalah Abdul Husein Syarafuddin Al Musawi, yang menulis buku berjudul Abu Hurairah. Buku ini memuat gugatan terhadap Abu Hurairah.

Mengapa Abu Hurairah meriwayatkan hadits lebih banyak dari Abubakar?
Singkatnya, karena Abubakar wafat dua tahun setelah Nabi wafat, hingga tidak memiliki banyak murid seperti Abu Hurairah yang wafat tahun 57 H. Abu Hurairah memiliki murid yang banyak, disebutkan bahwa 800 orang baik dari kalangan sahabat maupun tabi’in pernah mendengar hadits Nabi dari Abu Hurairah. Bisa dilihat dalam kitab AL Isti’ab, Siyar A’lam Nubala, Hilyatul Auliya, Tahdzibul Kamal dan kitab-kitab liannya. Maka tidaklah mengherankan jika riwayat Abu Hurairah sedemikian banyak tersebar dalam kitab-kitab hadits, jauh lebih banyak dibanding riwayat Abubakar. Begitu juga Ali, yang tidak memiliki murid sebanyak Abu Hurairah, namun riwayat Ali dalam kitab Ahlussunnah lebih banyak dari riwayat Abubakar, Umar dan Utsman.

Juga Abu Hurairah selama tiga tahun kehidupannya di Madinah tinggal di masjid, termasuk mereka yang disebut sebagai ahlussuffah, yang tidak memiliki pekerjaan. Maka Abu Hurairah menggunakan kesempatan itu untuk menimba ilmu dari Nabi. Sementara sahabat lainnya tidak memiliki waktu luang seperti Abu Hurairah, hingga Ibnu Umar pun pernah berkata pada Abu Hurairah, seperti dalam Sunan Tirmidzi : wahai Abu Hurairah, engkau adalah orang yang paling sering bersama Rasulullah saw dan orang yang paling mengetahui haditsnya di antara kami.

Ada yang lebih “dahsyat” dari Abu Hurairah, yang dapat meriwayatkan 70.000 hadits dalam sekali pertemuan!!! Siapa dia?

Dialah Jabir Al Ju’fi . Al Hurr Al Amili dalam Wasa’il Syi’ah jilid 20 hal 151 mengatakan: dia meriwayatkan tujuh puluh ribu hadits dari Al Baqir, dan meriwayatkan seratus empat puluh ribu hadits, nampaknya tidak ada perawi yang meriwayatkan hadits dari para imam secara langsung, yang lebih banyak dari Jabir .
Lalu pertanyaannya, berapa lama Jabir Al Ju’fi  menimba ilmu dari Abu Ja’far? Kita simak jawabannya dalam Rijalul Kisyi jilid 2 hal 437, yang ditahqiq oleh Sayid Mahdi Raja'i, terbitan Muassasah Alulbait Alaihimussalam, Ja’far As Shadiq mengatakan : aku hanya melihat dia menemui ayahku sekali saja, dia belum pernah masuk menemuiku sama sekali.
Lalu dari mana Jabir Al Ju’fi meriwayatkan puluhan ribu hadits jika hanya sekali bertemu Abu Ja’far?
П
Kemana riwayat Jabir Al Ju’fi yang meriwayatkan 70.000 hadits itu? . Sedangkan jumlah hadits dalam 4 literatur utama syiah adalah sekitar 44244 hadits, seperti tercantum dalam A’yanus Syi’ah jilid 1 ha 248. Berarti bisa dibilang sebagian besar riwayat dalam literatur hadits syiah adalah melalui perawi yang satu ini.
Zurarah menjelaskan:”Demi Allah, jika aku menceritakan semua yang kudengar dari Abu Abdullah, maka kemaluan laki-laki pasti berdiri di atas kayu.” Bisa dilihat dalam Rijal Al Kisyi hal 123. (Kitab biografi hadts syi’ah).
Apakah karena seperti yang diungkapkan Zurarah bahwa riwayat dari para Imam syi’ah akan membangkitkan kemaluan laki laki “berdiri”, sehingga tidak semua dimuat?.
П

Sunni memiliki kitab shahih seperti Shahih Bukhari dan Muslim (sanadnya shahih). Tetapi di Syi’ah tidak ada satupun kitab yang memuat semuanya shahih. Sebenarnya tidaklah sulit bagi ulama syi’ah untuk mengumpulkan hadits shahih. Tinggal memilih hadits-hadits shahih dalam 4 kitab hadits rujukan (sumber) syi’ah, kemudian dikumpulkan dalam satu Kitab.

Mengapa tidak ada?
adalah Muhammad bin Hasan Al Hurr Al Amili penulis kitab Wasa’il Syi’ah –salah satu dari delapan literatur utama hadits syi’ah-, yang menyatakan dalam kitab wasa’il syi’ah jilid 30 hal 260 : hadits shahih adalah yang diriwayatkan oleh seorang penganut imamiyah yang adil dan kuat hapalannya di seluruh tingkatan periwayatan, lalu dia menyatakan: jika kriteria ini diberlakukan maka seluruh hadits syi’ah tidak ada yang shahih

Syi’ah tidak menggunakan adil sebagai syarat shahih, cukup tsiqoh (bisa dipercaya), walaupun berita itu disampaikan oleh yang tidak memenuhi syarat adil.

Dirangkum dari berbagai sumber
Oleh: M Iman taufiqurrahman
10 februari 2011, Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar