Selasa, 04 Januari 2011

Menoejoe ke Arah Daroel Islam dan Daroes Salam

Hatta, maka di bawah ini kami hendak tjoba menerangkan gambaran ‘amal dan oesaha, gambaran tjara dan rentjana, gambaran djalan dan arah, jang boleh -dengan idzin Allah djoea- memboeka pintoe gerbang daripada Doenia Baroe, jang selaloe mendjadi rindoe-dendam kita, ialah “Doenia Islam”, atau “Dar-oel-Islam”.

Lebih doeloe kami njatakan di sini, bahwa rentjana dan oesaha itoe didasarkan atas keadaaan jang biasa (normal senormaal moemkin, menoeroet keadaan pada dewasa ini) dan melaloei hoekoem-hoekoem jang sah (legal), baik dalam pandangan Negara maoepoen dalam pandangan Agama.

Adapoen, kalau sewaktoe-waktoe sekonjong-konjong terdjadi peristiwa-peristiwa jang “luar biasa” (abnormal) -jang semoeanja itoe tidak moestahil, teroetama pada zaman Revolusi, seperti sekarang ini–, maka tjara melakoekannja kami serahkan dan pertjajakan kepada kebidjaksanaan para pemimpin Oemmat dan pemimpin Negara. Hanjalah kita tahoe, bahwa sesoeatoe penjakit moemkin semboeh, djika diobati dengan ‘anasir jang melawan penjakit itoe. Kalau koerang vitamin, ditambahnja dengan vitamin lain. Kalau koerang gemoek, ditambahnja dengan gemoek lain. Kalau dihinggapi penjakit pes, disoentiknja dengan serum anti-pes. Poen demikian poelalah keadaannja dengan penjakit masjarakat. Sehingga, djika pada soeatoe waktoe terdjadi peristiwa-peristiwa jang “abnormal” (dalam pandangan hoekoem, didalam lingkoengan Negara jang teratoer geordende staat), maka “abnormaliteit” itoe biasanja “dinormaliseer” (disemboehkan) dengan sesoeatoe “abnormaliteit” jang bersifat kebalikannja.

Wal-hasil, dalam hal ini kami pertjaja sepenoeh-penoehnja atas oesaha para ‘arif-bidjaksana jang bertanggung djawab atas keselamatan Oemmat, Masjarakat dan Nega-ra. Sekarang, baiklah kita moelaikan dengan gambaran, sekadar jang berkenaan dengan pokok.

Pertama, Oemmat Islam adalah sebagian dari pada ra’jat Indonesia seloeroehnja. Oleh sebab itoe, kita poen akan mengambil bagian jang besar poela dalam menjelesai-kan Revolusi Nasional, jang pada sa’at ini wadjib jang pertama atas kita sekalian. Lebih-lebih lagi, kita jakin dengan sepenoeh-penoeh kejakinan, bahwa tiada tempat dan lapangan oesaha serta lapangan hidoep bagi Ideologi jang mana poen djoega, melainkan apabila negara kita soedah soenggoeh-soenggoeh merdeka 100 pCt. Andai kata, negara kita tidak merdeka 100 pCt. (misalnja: hanja meroepakan gemeentebest, dominion status, atau lain-lainnja), maka tidak satoe Ideologi ra’jat jang boleh berkembang biak di Indo-nesia. Oleh karenanja, maka maoe atau tidak maoe, insaf atau tidak insaf, tiap-tiap warga Negara haroes merasa wadjib ikoet menjelesaikan Revolusi Nasional, menentang tiap-tiap oesaha pendjadjahan dari Imperialisme jang mana poen djoega.

Kedoea, Seperti telah disoentingkan diatas, maka dalam pada kita melakoekan kewadjiban ikoet serta dalam penjelesaian Revolusi Nasional, sekali-kali kita tidak boleh lengah atau meloepakan oesaha kita di dalam bagian pembangoenan, ialah Revolusi Sosial. Sedang harapan dan sjarat-sjarat oentoek menjelenggarakan Revolusi Sosial itoe soedahlah kita maktoebkan diatas. Sedikit-dikitnja djangan sampai mengoe-rangkan tenaga oentoek menjempoernakan djalannja Revolusi Nasional.

Lagi poela, bila kita melakoekan kewadjiban kita dalam bagian Revolusi Sosial ini, maka semoeanja itoe meroepakan soeatoe persiapan boeat masa jang akan datang, ialah masa kemoedian daripada Indonesia merdeka soedah boelat 100 pCt. Sebab walaupoen betapa poela halnja, semasa Revolusi Nasional kita beloem selesai, selama itoe keadaan didalam Negara beloem tetap (konstant), selaloe beroebah-oebah dan beralih-alih, sesoeai dengan sifatnja zaman Revolusi, sifatnja peroebahan masjarakat, jang berlakoe dengan tjara jang serba tjepat dan didalam waktoe jang amat singkat. Ditambah lagi, Indonesia sebagai Negara Baroe dan Negara Moeda, nistjajalah kekoe-rangan alat, sjarat dan roekoen, baik jang meroepakan manoesia maoepoen benda, ketjakapan, kepandaian, peratoeran Negara dlls. Misalnja: pada waktoe ini Indonesia beloem mempoenjai Madjlis Permoesjawaratan Ra’jat ( Parlemen atau Madjlis-oesj-sjoero), padahal madjlis jang seroepa itoe (Madjlis tahkim. Madjlis pemboeat hoekoem —oendang-oendang Negara) amat penting sekalilah terbentoeknja dalam sesoeatoe Negara jang Merdeka, teroetama dalam Negara kita, jang berdasarkan kepada Kedau-latan Ra’jat 100 pCt.

Tetapi, walaupoen betapa poela halnja, kami tidak sekali-kali berketjil hati, bahkan kami jakin, bahwa penjelenggaraan dan perlengkapan oesaha pembangoenan makin hari makin mendekati kepada kesempoernaannja. Pada waktoe ini, maoe atau tidak maoe, kita haroes dan wadjib berdajoeng dengan kemoedi jang terletak ditangan kita.

Maka oesaha kita dalam bagian ini (Revolusi Sosial), bolehlah kiranja dibagi dalam beberapa bagian, diantaranja jang teramat penting dan haroes kita perbintjangkan disini ialah Bagian Politik.

A. Hendaknja Oemmat Islam djangan ketinggalan dalam Badan-badan Perwakilan Ra’jat, moelai ditempat-tempat jang seketjil-ketjilnja (desa) sampai kepada Poesatnja, malahan hendaknja sampai poela kepada Madjlis Permoesjawaratan Ra’jat, jang bersifat legislatif (pemboeat hoekoem).

B. Selain daripada itoe, poen Oemmat Islam djangan sampai loepa kepada kewadjibannja exekutif (melakoekan hoekoem), djika sewaktoe-waktoe ada tempat ter-loeang baginja dan masjarakat menghendaki serta memanggilnja. Kedoea-doea tempat itoe (legislatif dan exekutif) sama-sama pentingnja. Marilah kita heningkan sebentar kedoea fasal ini.

Oempamanja pada soeatoe waktoe Oemmat Islam dapat mendoedoeki sebagian besar daripada Madjlis Permoesjawaratan Ra’jat dan menoeroet kepoetoesan Madjlis terseboet, jang bererti djoega kepoetoesan menoeroet Kedaulatan Ra’jat, oendang-oendang Islam. Padahal dalam bagian exekutif (jang mendjalankan hoekoem) kita amat kekoerangan tenaga, maka tentoelah djalannja hoekoem sekoerang-koerangnja akan mendjadi pintjang. Malahan moemkin djoega tidak berdjalan sama sekali.

Kami jakin dan tahoe, bahwa dalam hal ini Oemmat Islam masih djaoeh sekali ketinggalan. Oleh sebab itoe, hendaklah disamping latihan-latihan ketentaraan (militer), oentoek menjelesaikan Revolusi Nasional, diadakan poela latihan-latihan politik (ketata-negaraan) dengan tjara kilat, agar soepaja setjepat moemkin Oemmat Islam dapat menoendjoekkan ketjakapan dan ketjoekoepannja, djika sewaktoe-waktoe mendapat panggilan dan koernia Ilahy, oentoek memerintah Negaranja sendiri.

Dalam hal ini perloelah diadakan persatoean, jang lebih rapat dan lebih erat, antara para ‘alim-oelama (jang biasanja ta’ tahoe akan seloek-beloeknja tata-negara) dan para intellektueel (jang pada lazimnja tidak tahoe akan seloek-beloeknja Agama dan hoekoem Agama), agar soepaja dengan tjara demikian satoe sama lain tambah-menambah didalam hal pengetahoean, pengertian, ketjakapan, kepandaian dan lain2 sebagainja.

Dengan djalan ini, akan lekas poela tampak loeasnja faham dan pengertian de-ngan terang dan njata, teroetama dalam mengatoer dan memerintah negeri. Sehingga lenjaplah salah sangka orang, bahwa Agama Islam hanja tjakap dan tjoekoep oentoek dipergoenakan dimasdjid-masdjid dan dipesantren-pesantren belaka. Dengan ini akan moesna djoega penjakit kebarat-baratan, jang mengandoeng faham memisahkan Agama dari Drigama, memisahkan doenia dari achirat (Schelding van Kerk en Staat = perpisahan antara geredja Kristen dan Negara), ialah soeatoe penjakit (faham barat), jang sengadja disoentikkan oleh orang barat kedalam toelang soengsoem ra’jat Indonesia. Faham jang seroepa itoe moemkin bisa masoek didalam otaknja orang barat dan moemkin benar boeat dinegeri-negeri barat, tetapi bagi Indonesia –jang ra’jatnya 90 pCt. memeloek Agama Islam– faham jang seroepa itoe njatalah keliroe, salah dan sesat.

Andai kata, kewadjiban Oemmat Islam dalam bagian pemerintahan Negara jang doea bagai itoe telah lengkap (legistatif dan exekutif), maka beloem djoega sempoerna.

C. Kalau hoekoem telah ditentoekan (legislatif) dan hakim (jang didjalankan hoekoem atasnja) poen keadaannja haroes sesoeai dengan hoekoem hakim itoe. Adapoen jang mendjadi hoekoem dalam hal ini ialah ra’jat moerba, ra’jat Indonesia seloeroehnja, jang mendjadi warga Negara Indonesia.
iwayat zaman pendjadjahan Belanda, lebih-lebih lagi zaman pendoedoekan tentara Djepang, menoendjoekkan boekti jang seterang-terang dan senjata-njatanja.

Oendang-oendang diboeat dan dioemoemkan; pemeritah melakoekan oendang-oendang itoe; tapi… ra’jat berboeat semaoe-maoenja sendiri. Malahan kadang-kadang meroepakan peristiwa jang adjaib, seperti pepatah Djawa: “roedjak sentoel, kowe ngalor akoe ngidoel”. Tegasnja, kalau pemerintah mengomando “djalan”, maka ra’jat “berhenti”, begitoelah seteroesnja. Laksana air dalam moeara; air asin dari laoet jang diatas mengalir “moedik”, maka air tawar jang dibawah mengalir “milir”. Selaloe berbalikan arah dan toedjoean, sikap dan haloean, antara ra’jat dengan pemerintah.

Di zaman djadjahan hal jang sedemikian itoe memang soedah seharoes dan semes-tinja. Satoe boekti, bahwa ra’jat Indonesia tidak soeka didjadjah, dan tidak mengakoei adanja pemerintah djadjahan. Bahkan sewaktoe-waktoe keadaan jang seroepa itoe memoentjak, hingga timboel berbagai-bagai pemberontakan ra’jat, jang pertoempahan dan pentjoerahan darah ra’jat itoe meroepakan tinta mas jang menghiasi riwayat Indonesia. Sekarang Indonesia soedah mendjadi Negara Merdeka. Ra’jatnja mendjadi ra’jat jang merdeka djoega, dan pemerintahan poen pemerintahan ra’jat, jang merdeka poela.

Hoekoem dan oendang-oendang diboeat oleh ra’jat (kedaulatan ra’jat), Pemerin-tahnja dipilih oleh ra’jat (pemerintahan ra’jat), sedang pemerintahan dilakoekan oentoek kepentingan ra’jat, boekan oentoek kepentingan pemerintah. Begitoelah kiranja keadaan kita dalam waktoe jang mendatang, djika kemerdakaan Indonesia soedah boelat 100 pCt. Tetapi.… kalau ra’jat beloem sadar dalam politik, maka semua theori itoe akan sia2 belaka ‘ibarat pohon jang berkembang, tapi tidak berboeah.

Oleh sebab itoe, maka dizaman merdeka ra’jat haroes diberi pendidikan atau pengadjaran, ditoentoen dan dipimpin, hingga “sadar dalam politik” (politik bewust). Sampai ia insaf, bahwa ia mendjadi ra’jat atau bangsa jang merdeka; mempoenjai negara jang merdeka; mempoenjai tanah air jang merdeka; mempoenjai pemerintah jang wadjib ia tha’ati. Gemblengan jang seroepa ini tidak tjoekoep dengan tjerita dan berita sadja, melainkan haroes disertai dengan boekti jang njata. Sehingga tiap-tiap warga Negara, teroetama ra’jat moerba, soengoeh-soengoeh mengisap hawa jang merdeka dan hidoep dalam soeasana merdeka. Dengan tidak bosen-bosen kami me-ngoelangi kalimat: Boekti! Sekali lagi: Boekti ra’jat menoentoet boekti!

Kalau demikian halnja, Insja Allah, dengan sadar atau tidak sadar, ra’jat akan mengikoeti perintah dan seroean serta komando dari pemimpin dan pemerintah.

D. Selain dari pada itoe, kita sebagai Oemmat Islam masih poela menanggoeng beban dan wadjib terhadap kepada chalajak ramai: menoentoet dan mendidik, mentjer-daskan dan mempertjakap Oemmat Islam, agar pandai dan koeasa melakoekan hoekoem-hoekoem Allah dan soennah Nabi Penoetoep, Moehammad Clm. Dengan tjara jang demikian, djika semoeanja itoe dilakoekan dengan amal jang njata (praktijk), maka terdjadilah ikatan kehidoepan Islam, ialah benih jang pertama dari pada tjita-tjita kita: Dar-oel-Islam
Mitsalnja: seorang hanja tjakap oentoek melakoekan hoekoem Islam oentoek dirinja dan kepada dirinja sendiri, maka moelaikanlah pembangoenan Dar-oel-Islam dalam diri seseorang! Djika kekoeatan itoe soedah meloeas, tjoekoep oentoek sekam-poeng atau sedesa, maka bangoenkanlah Dar-oel-Islam dikampoeng atau desa itoe! Begitoelah selandjoetnja, sehingga Revolusi Sosial jang kita lakoekan sebagai persiapan oentoek masa kedepan (setelah Indonesia merdeka 100 pCt. Boelat), dari lapisan ra’jat moerba sendiri, baiklah kita moelaikan sebagai Revolusi Sosial Islam, atau diringkas Revolusi Islam.

Pendidikan ra’jat jang seroepa itoe, jang natidjahnja akan meroepakan Revolusi Ra’jat, atau lebih tegas : Revolusi Ra’jat Islam, boekanlah barang jang loear biasa, jang menghendaki tenaga dan kekoeatan jang loear biasa, pada zaman jang loear biasa. Tidak! Sekali-kali tidak!

Karena pendidikan dan pengadjaran jang seroepa itoe selaras dengan djiwanja ra’jat. Sehingga Revolusi Ra’jat jang sematjam itoe pada hakikatnja meroepakan oesaha membangoenkan dan mengatoer kekoeatan dan djiwa ra’jat, jang ghaib dan masih terpendam (latent) itoe! Jang, “ghaib dan terpendam” berabad-abad lamanja, sedjak moela Indonesia didjadjah oleh bangsa Asing!

Seperti goenoeng berapi jang padam pada tiap-tiap waktoe jang tentoe atau tidak tentoe terpaksa memoentahkan api dan lahar, begitoe djoega kekoeatan dan djiwa ra’jat jang tertekan berabad-abad itoe, pada tiap-tiap sa’at menghendaki, maka terdjadi-lah peletoepan dan letoesan djiwa ra’jat itoe, jang meroepakan pemberontakan ra’jat, pemboikotan dan lain-lain sebagainja. Satoe tanda, bahwa djiwa ra’jat Indonesia – yang berabad-abad tampaknja matjam “bangkai”- masih tetap hidoep. Teroetama sekali, setelah Indonesia Merdeka, maka daripada bangsa jang berabad-abad lamanja disang-kanja “mati” itoe, dari bangsa itoelah timboel ksatria soetji, jang sanggoep mempertahan-kan dan menjentausakan Haq (kebenaran) dan mengenjahkan segenap jang bathil (pendjadjahan dan lain-lain penjakit doenia)!

Alhamdoelillah. Perloe poela agaknja di sini diterangkan, bahwa semoeanja itoe berlakoe menoeroet tempat dan waktoe, mengingat keadaan masjarakat pada masa itoe, serta kesempatan dan djalan jang dilapangkan oentoek keperloean terseboet. Memper-kosa hoekoem dan keadaan, boekanlah sifat dan thabi’at Moeslim dan Moe’min. Oleh sebab itoe, maka segala kewadjiban menjempoernakan Revolusi Islam atau Revolusi Ra’jat Islam itoe hendaknja dilakoekan dengan tjara dan atoeran jang sebaik-baiknja, sampai kepada soeatoe tingkatan, bahwa Oemmat Islam tjakap dan patoet mendjadi tjontoh dan tauladan bagi warga Negara jang lainnja.

Djika oesaha kita “dari atas kebawah” (bagian A. dan B.) dan “dari bawah keatas” (bagian C. dan D.) itoe memang disertai dengan tolong dan koernia Ilahy, Insja Allah didalam tempo jang setjepat-tjepatnja Doenia Islam akan terbentang didepan mata kita sekalian. Kiranja tiap2 warga Negara, teroetama Oemmat Islam, pandai, tjakap dan tjoekoep oentoek menerima Rahmat dan Ridlo Ilahy jang sebesar itoe; satoe koernia Allah jang beloem pernah dianoegerahkan kepada Oemmat Islam di Indonesia, sebeloem zaman kita ini. Insja Allah. Amin.

Adapoen tentang “Dar-oel-Islam”, hal ini moethlak tergantoeng kepada koernia Allah semata-mata. Tiada soeatoe mahloek, djoega bangsa manoesia jang mana poen djoega, dapat ikoet tjampoer tangan didalamnja. Hanjalah daripada adjaran Agama Islam jang soetji kita mengetahoei, bahwa tiap-tiap djalan dan oesaha jang menoedjoe ke Dar-oel-Islam, maka djalan dan oesaha itoe djoegalah jang menoedjoe kearah “Dar-oes-Salam”, alam jang dilipioeti oleh ni’mat Allah selama-lamanja. Moedah-moedahan Allah berkenan menjampaikan kita kepada tjita-tjita Islam jang soetji-moerni itoe, ialah: Dar-oel-Islam didoenia dan Dar-oes-Salam diachirat! Amin! Ja rabbal-‘alamin.

*Halaman 8 dari 8 halaman (tamat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar