Selasa, 25 Januari 2011

TeRbAnG mEngANgKaSa ....

pagi....
yang ditemani dingin
dan berselimut semilir angin...

mari bergabung dengan sepoi angin
walau agak dingin
tetapi sungguh membuat ringan

membawa jiwa perlahan terbang
agak menjauh dari pusat daya tarik bumi
melepas ketertarikan diri yang terlalu
pada dunia semu

biarkan kakimu menapaki tanah ini
menikmati daya tarik dunia seperlunya
seperlunya saja ....  kawan
karena memang tubuhmu berasal dari tanah ini

tetapi jangan kau kerangkeng jiwamu
yang ingin mengangkasa menuju asalnya
mereguk kenikmatan jalan pengabdian
menghampiri Rabb-Nya
mempersembahkan pujian dan sanjungan
disanalah jiwamu mengalami kebahagiaan
yang tak pernah dimengerti tubuhmu

hanya tubuh yang dibanting banting
dijalan perjuangan para anbiya
dipaksa berjalan panjang
menapak tilasi sejarah para Rasul
hanya tubuh yang seperti itulah
yang akan menikmati rekreasi jiwa
yang sedang mengangkasa
sambil memuja memuji Rabb-Nya

sungguh inilah jalan kenikmatan
yang dirasakan para kekasih Tuhan
Nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin


<< MIT VOICE>>
READ MORE -

Minggu, 23 Januari 2011

MENARI DALAM BUAIAN IRAMA TAQDIR oleh -> M Iman Taufiqurrahman

Rabb!... 
kucoba selalu merambahi Jalan keyakinanku… 
untuk bercengkrama dengan wibawa taqdirMu… 
ku sedang belajar menari dalam alunan irama taqdirMu… 
walau kadang isi kepalaku
tak sampai mampu memecahkan
misteri dibalik realitas yang Kau
hadirkan…

Rabb… 
sungguh ku ingin mengalir seperti air… 
yang tanpa beban menjalani
segala taqdir pemberianMU… 
terus mengalir menuju muara samudra
RidhaMU

Rabb… 
hambaMu sedang belajar
Bagaimana menikmati perihnya Kenyataan… 
agar dapat berterima kasih
kepadaMu sepanjang hayatku

tolong dan bantulah hamba Ya Rabb

sudut malam dipenghujung perguliran


oLEh: M Iman Taufiqurrahman 
READ MORE - MENARI DALAM BUAIAN IRAMA TAQDIR oleh -> M Iman Taufiqurrahman

Makna SeBuAh TiTipAn ----> WS RENDRA

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
...
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,


kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,

aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

<< WS RENDRA >>
READ MORE - Makna SeBuAh TiTipAn ----> WS RENDRA

Sabtu, 22 Januari 2011

Harapan Kepada Pemuda ... oleh Sir Muhammad Iqbal

( Harapan Kepada Pemuda )
Aku harapkan pemuda inilah yang akan sanggup
membangunkan zaman yang baru
memperbaru kekuatan iman
menjalankan pelita hidayat
menyebarkan ajaran khatamul-anbiya’
menancapkan di tengah medan pokok ajaran Ibrahim
Api ini akan hidup kembali dan membakar
jangan mengeluh jua , hai orang yang mengadu
Jangan putus asa , melihat lengang kebunmu
Cahaya pagi telah terhampar bersih
Dan kembang-kembang telah menyebar harum narwastu

Khilafatul-Ard akan diserahkan kembali ke tanganmu
Bersedialah dari sekarang
Tegaklah untuk menetapkan engkau ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak atar itu , meskipun masih tersimpan dalam
kuntum yang akan mekar
Tegaklah, dan pikullah amanat ini atas pundakmu
Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini
Agar harum-harum narwastu meliputi segala
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak
hanya berbunyi ketika terhempas di pantai
Tetapi jadilah kamu air-bah , mengubah dunia dengan amalmu
Kipaskan sayap mu di seluruh ufuk
Sinarilah zaman dengan nur imanmu
Kirimkan cahaya dengan kuat yakinmu
Patrikan segala dengan nama Muhammad
READ MORE - Harapan Kepada Pemuda ... oleh Sir Muhammad Iqbal

INTEGRITAS ....

 Seorang mukmin mutlak memiliki INTEGRITAS, yaitu kejujuran dan KEUTUHAN / KESEHATAN  MORAL. Dasar dari INTEGRITAS adalah  satu kata dengan keyakinan dan perbuatan. 

Sebab jika tidak satu kata dengan keyakinan ini adalah MUNAFIQ (2/8) dan jika tidak satu kata dengan perbuatan ini namanya KABURO MAQTAN / dibenci Allah (61/3-4). Keyakinan TAUHID (IMAN) yang kemudian dinyatakan dengan SYAHADAH dan dibuktikan dengan PERBUATAN itulah integritas seorang mukmin.

Seorang mukmin yang memiliki INTEGRITAS KEISLAMAN maka akan terstandar CITRA, CITA, KARYA, SISTEM HIDUPNYA dan SIKAP MENTALNYA.

Citra seorang mukmin adalah YUKMIN BILLAH dan YAKFUR BITHAGUTH (2/256-257). Siapapun, dimanapun, kapanpun jika terlihat KEIMANANNYA KEPADA ALLAH sekaligus nampak BENCI dan MEMUSUHI thaguth itulah citra mukmin. -> CITRA IMANI

CITA seorang mukmin Adalah YABTAGUUNA FADLAN WA RIDWAANAN artinya meraih keridhoan Allah SWT (2/207-208). Di dunia adalah TEGAKNYA DIEN (5/3), dan di akhirat adalah JANNAH AALIYAH / Surga (69/21-22). sehingga tak ada cita-cita tertinggi dalam hidupnya kecuali ISLAM TEGAK DALAM WUJUD KHILAFAH (24/55) dan Masuk Surga dengan Mati Syahid (61/10-13). Motto hidupnya adalah ISY KARIEMAN AU MUT SYAHIDAN (HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID). -> CITA MULIA

KARYA seorang mukmin adalah AMAL SHALEH (103/1-3). Amal shaleh adalah wujud dari keDISIPLINAN seseorang terhadap perintah ALLAH dan RASUL-NYA (4/64-65). Dan amal shaleh seorang mukmin yang memiliki INTEGRITAS adalah amal (karya) yang berdimensi konstruktif (membanggakan Rasul) dan destruktif (menjengkelkan Thaguth) (9/120, 48/29) -> DISIPLIN

SISTEM HIDUP seorang mukmin yang memiliki INTEGRITAS hanyalah ISLAM.  Islam adalah Din (sistem Hidup) sebagai wadah satu-satunya bagi mukmin untuk mengabdi kepada Allah (3/18-19, 3/85). Haram bagi mukmin berada dalam LINGKAR KEDAULATAN KEKUASAAN JAHILIYYAH (4/140, 60/4). Mukmin akan berjuang sekuat tenaga sepenuh hati untuk menegakan DIN ISLAM (42/13) menjadi satu satunya sistem hidup / super power di dunia (2/193). Tegaknya Khilafah Islam (24/55) -> SEMANGAT / DAYA JUANG TINGGI / RUHUL JIHAD

Sikap mental mukmin adalah sikap mental prima SHOBIRUN (sabar) yaitu pantang menyerah dalam melaksanakan tugas  walaupun diterpa oleh beraneka bencana, atau diiringi malapetaka (3/146) -> SABAR

INILAH INTEGRITAS SEORANG MUKMIN:
·         CITRA IMANI
·         CITA MULIA
·         DISIPLIN
·         SEMANGAT / DAYA JUANG / RUHUL JIHAD
·         SIKAP MENTAL PRIMA / SABAR
READ MORE - INTEGRITAS ....

Selasa, 11 Januari 2011

PEMIMPIN PEMBOHONG oleh: Iman Yudanegara

PEMIMPIN PEMBOHONG
the end justifies the means
(tujuan dapat menghalalkan segala cara)

Dalam lapangan politik praktis prinsip Machivelistik diatas bukanlah jargon tetapi menjadi praktek berpolitik. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan sangatlah bertentangan dengan prinsip prinsip moral manusia dibelahan manapun. Apalagi dalam agama Islam terkenal dengan prinsip Lâ yutawashshalu ilal halal bil haram (Tidak diperkenankan menggunakan yang haram menuju yang halal).

Dalam Negara sekuler, yang merupakan kritik atas dominasi gereja, pada masa renaissance sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip machiavelistik diatas. Terutama setelah keluar “The Principe II”. Dimana dalam buku itu Machivelis menulis Negara harus tegas . dipisahkan dengan asas asas moral. Kepala Negara tidak perlu bersikap jujur. Ia boleh bersikap seperti singa pada suatu ketika dan boleh bersikap seperti kancil  pada saat yang lain. Kalaupun nilai-nilai agama digunakan maka sekedar pura-pura. Penguasa boleh melakukan apa saja sepanjang untuk keperntingan dan tujuan Negara. (NEGARA HUKUM, hlm 28-29, M Thahir Azhary).

Dalam editorial media Indonesia Rabu, 12 Januari 2011 di ungkapkan akan adanya KRITIK PEMUKA AGAMA kepada Pemerintahan SBY. Sembilan pemuka agama, terdiri dari Syafii Maarif, Andreas A Yewangoe, Din Syamsuddin, Uskup D Situmorang, Biksu Pannyavaro, Salahuddin Wahid, I Nyoman Udayana Sangging, Franz Magnis Suseno, dan Romo Benny Susetyo, menganggap pemerintahan Presiden Yudhoyono telah gagal mengemban amanah rakyat. Sudah terlalu banyak kebohongan yang dilakukan pemerintah atas nama rakyat.

Kebohongan yang menjadi konsen para pemuka lintas agama yang muak akan perjalanan negri ini dibawah kepemimpinan SBY sangat tak terbantahkan. Memang kejujuran menjadi makhluq asing dipanggung politik.

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sembilan orang aktivis dari berbagai lembaga swadaya masyarakat, hari ini, Senin 10 Januari 2011, mengeluarkan pernyataan bersama menyikapi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut mereka, pemerintahan Presiden SBY telah melakukan setidaknya sembilan kebohongan, baik yang dilakukan sejak lama maupun kebohongan baru.
yudi latif
"Untuk penegakan HAM, SBY juga berjanji menuntaskan kasus (pembunuhan) Munir tapi faktanya tidak ada perkembangan signifikan dalam kasusnya, begitu juga anggaran pendidikan yang 20 persen, masih termasuk gaji guru dan dosen yang seharusnya tidak," kata Direktur Reform Institute, Yudi Latief di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.

Begitu juga dengan kasus yang berhubungan dengan lingkungan. Dalam kasus Lapindo, Newmont, dan Freeport, pemerintahan SBY juga dinilai belum berhasil menanganinya.

Para aktivis LSM juga mengungkapkan 9 kebohongan baru dari rezim SBY. Kebohongan itu antara lain mengenai kebebasan beragama dan persatuan bangsa dimana LSM mencatat banyak terjadi kasus kekerasan. Antara lain kebebasan pers, perlindungan terhadap TKI yang masih lemah, transparansi pemerintahan dan juga pemberantasan korupsi menjadi catatan pegiat LSM tersebut.

"Kasus rekening gendut dan penganiayaan aktivis (ICW) Tama Satrya Langkun juga belum tuntas," ujar Koordinator Kontras, Haris Azhar. Ia juga mencatat bahwa dalam perpolitikan SBY selalu mencintrakan diri dan partainya sebagai orang yang bersih.

Sementara itu aktivis Indonesia Corruption Watch, Tama S.Langkun mengungkapkan kebohongan baru pemerintah adalah dalam kasus mafia hukum dan pajak Gayus Tambunan. "Kapolri berjanji menuntaskan kasus plesiran terdakwa tapi sampai sekarang tidak pernah ada penjelasan ke publik tentang detail plesiran itu," katanya.

Terakhir adalah pembohongan tentang kedaulatan Negara Kesatuan RI dalam kasus tiga pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan. Menurut mereka, sampai saat ini tidak pernah diumumkan penjelasan atau hasil investigasi dari pemerintah atas masalah tersebut. (Tempo Interaktif)

Kalau kita lihat lebih seksama, maka kebohongan itu dilakukan secara masiv oleh para penyelenggara Negara baik EKSEKUTIF, LEGISLATIF dan YUDIKATIF. Kebohongan BERJAMA’AH.

Krisis kepemimpinan dinegara ini sudah sangat parah, jika BOHONG dilakukan secara bersama-sama. Bukanlagi Musyawarah untuk mufakat… tetapi berbohong untuk mufakat. Inilah yang menimbulkan prustasi akut untuk memulihkan kepercayaan rakyat atas penyelenggara Negara, sampai sampai Mantan Anggota Dewan Syuro Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Sholahuddin Wahid merasa khawatir dengan rendahnya kualitas integritas pemimpin. Ia menyebutkan pragmatisme pemimpin bakal menjebak negara dalam permasalahan peradaban yang berlarut-larut. “Masalah ini tidak dapat diselesaikan di generasi manapun,” tegasnya. (http://jakarta45.wordpress.com)

Ketika Pemerintah dikritik Tidak Berhasil oleh Megawati yang merupakan oposan pemerintah, Sudi sebagai MENSESKAB menjawab

"Kita lihat data dan fakta saja. Dunia melihat kita seperti itu, dan kenyataannya seperti itu," tegas dia di Jakarta, Senin 10 Januari 2011.

Sudi lantas menjabarkan sejumlah peningkatan-peningkatan yang diraih semasa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
"Angka pengangguran, angka kemiskinan menurun. Kita lihat angka ISHG Indonesia tertinggi di dunia. Kita lihat stabilitas moneter, stabilitas ekonomi, nyatanya seperti itu," jelas Sudi. "Negara-negara lain saya lihat pertumbuhan ekonominya malah menurun, bahkan ada yang negatif."

Pemerintah, menurut dia, tetap akan menyerahkan penilaian kepada pihak lain. "Tapi yang jelas kita lihat fakta dan data."

Bukan hanya statistik? "Bukan hanya statistik. Dunia melihat." (http://politik.vivanews.com/news/read/198492-dikritik--sudi-jabarkan-prestasi-pemerintah)
Pertanyaannya apakah rakyat ‘sudi mendengar jawaban Sudi ?, jika antrean raskin, JPS semakin banyak saja, apakah ini bukan data statistic?.
Jangan jangan angka angka statistic itu juga adalah REKAYASA, jika masalah hokum saja bisa direkayasa?
Bagaimana rakyat dapat PERCAYA?, jika para pemimpinnya sepakat untuk berbohong.




READ MORE - PEMIMPIN PEMBOHONG oleh: Iman Yudanegara

Senin, 10 Januari 2011

Tinggalkan Yang Haram Engkau Akan Dapat Yang Halal

Suatu malam yang hening, terlihat seorang lelaki berjalan-jalan di sekitar Madinah dalam keadaan lapar. Dia berhenti di luar sebuah rumah karena hidungnya mencium aroma makanan. Tampaknya iman dalam dirinya belum cukup kuat untuk menuntun perilakunya. Karena tergiur dengan makanan itu, dia menyusup masuk ke dalam rumah tersebut tanpa izin. Namun, ketika dia hendak mengulurkan tangannya untuk menggapai makanan tersebut, tiba-tiba dia teringat pesan Rasulullah SAW yang pernah didengarnya “Barangsiapa meninggalkan yang haram, dia akan mendapat yang halal”.

Mengingat kata-kata itu, dia urung mengambil makanan tadi. Dia hendak segera pergi, tapi godaan lain berkelebat di depan mata. Sebuah bungkusan menarik perhatiannya. Segera bungkusan itu di genggamnya, dengan rasa yakin tak ada orang yang tahu. Namun sekali lagi niat jahatnya dilumpuhkan oleh pesan Rasulullah SAW “Tinggalkan yang haram, engkau akan dapat yang halal”. Diletakkannya kembali barang berharga itu seraya membatin “Haram mengambil barang milik orang lain”

Belum sempat melangkah keluar, matanya menangkap godaan lebih hebat. Dadanya berdebar kencang melihat seorang perempuan cantik sedang terlelap di atas kasurnya. Perlahan dia mendekat. Tangannya bergetar, peluhpun mengalir membasahi tubuh. Nafsu membisikkan kata-kata indah ditelinganya, namun pesan Rasulullah SAW kembali kencang terngiang “Tinggalkan yang haram, akan kau dapatkan yang halal”

Dia pun beristighfar sembari perlahan melangkah pergi membawa pesan Rasulullah SAW yang melekat disanubarinya. Dia berhasil mematahkan keinginan nafsunya. Lega di hatinya sangat terasa begitu kakinya telah menapak di masjid Nabi, seusai “perang sengit” melawan godaan syaitan. Selesai sholat subuh berjamaah, lelaki itu merebahkan diri di lantai masjid, karena rasa kantuk yang tak kuasa ia lawan.

Setelah matahari meninggi, seorang perempuan datang menjumpai Rasulullah SAW di masjid. Dia mengadu rumahnya dimasuki orang. Dia takut hal itu terjadi lagi, lalu meminta kepada Beliau SAW seorang pengawal yang dapat menjaga rumah dan hartanya. Rupanya dia seorang janda.

Rasulullah SAW memandang sekelilingnya, kalau-kalau ada orang yang dapat menjaga wanita itu. Matanya tertuju pada sosok lelaki sedang terlelap di sudut masjid. Beliaupun menemui dan menanyainya, adakah dia telah beristri “Saya seorang duda”, jawab lelaki itu singkat. Beliau lalu bertanya kepada si wanita dan si lelaki, apakah keduanya bersedia menjadi suami istri. keduanya tampak tersipu malu mendengar tawaran Rasulullah SAW.

Teringat perbuatannya semalam, lelaki itu tidak dapat menahan diri daripada menangis lalu menceritakan apa yang sebenarnya berlaku di rumah wanita tersebut. Dia bertaubat. Dan akhirnya Rasulullah SAW menikahkan lelaki dan wanita itu dengan disaksikan oleh para Sahabat. Berkat meninggalkan yang haram, dia mendapat yang halal sebagai penggantinya.

Kini, wanita cantik itu dan segala di dalam rumahnya menjadi halal baginya. Godaan syaitan selalu datang di sepanjang umur kita. Tetapi umur itu akan menjadi indah, jika pada saat godaan itu datang
kita mampu menahan diri, menekan nafsu, melawan syaitan agar bisa terhindar dari perangkap yang membinasakan, seperti halnya lelaki dalam kisah ini.


READ MORE - Tinggalkan Yang Haram Engkau Akan Dapat Yang Halal

Kebobrokan Demokrasi (Sebuah Tinjauan Kritis) ~ oleh Farid Wadjdi

Pentingnya demokratisasi Timur Tengah belakangan ini kerap dilontarkan oleh para pejabat AS, termasuk Presiden Goerge W. Bush. Dalam pidatonya pada Kamis, 6/11/2003, di depan The National Endowment for Democracy, pada ulang tahun badan itu yang ke-20, Bush kembali menekankan pentingnya demokratisasi Timur Tengah. 
 
Dalam kesempatan itu, ada beberapa argumentasi yang dilontarkan Bush tentang pentingnya demokratisasi di Timur Tengah. Menurutnya, selama kebebasan (freedom) belum tumbuh di Timur Tengah, kawasan itu akan tetap menjadi wilayah stagnan (jumud), peng-‘ekskpor’ kekerasan, termasuk menjadi tempat penyebaran senjata yang membahayakan negara AS. Dengan menyakinkan, Bush mengatakan, “Demokrasi akan menjangkau seluruh negara-negara Arab pada akhirnya.” (Khilafah. Com Journal, 21/11/2003).
 
Pertanyaannya, benarkah demokrasi akan menjadi solusi atas berbagai persoalan dunia saat ini. Apakah demokrasi memberikan kebaikan pada manusia atau sebaliknya? 

Menguji Sistem Demokrasi 
 
Apa yang disebut dengan sistem demokrasi, dengan segala nilai-nilai yang dianggap baik oleh pengikutnya, tentunya sangat penting dikritisi; baik dalam tataran konsep maupun realita praktiknya dalam sistem pemerintahan. Dari sana diharapkan muncul kesadaran baru bagi kaum Muslim tentang kebobrokan sistem kufur ini. Mereka juga bisa berhenti untuk bermimpi dengan harapan-harapan palsu yang ditawarkan sistem ini. Lebih penting lagi, mereka terhindar dari murka Allah Swt. Sebab, saat mereka berpegang dengan demokrasi yang intinya kedaulatan di tangan rakyat, mereka telah menjadikan tuhan baru sebagai tandingan bagi Allah, yakni suara yang mengatasnamakan rakyat. 

(1) Demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. 
 
Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Dalam ucapan Abraham Lincoln, demokrasi merupakan pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. (Apakah Demokrasi Itu? United States Information Agency, hlm. 4). Namun, benarkah realitanya seperti itu? 

Faktanya, para kepala negara dan anggota parlemen di negara-negara demokrasi seperti AS dan Inggris sebenarnya mewakili kehendak kaum kapitalis (pemilik modal, konglomerat). Para kapitalis raksasa inilah yang mendudukkan mereka ke berbagai posisi pemerintahan atau lembaga-lembaga perwakilan, dengan harapan, mereka dapat merealisasikan kepentingan kaum kapitalis tersebut. Kaum kapatalis pulalah yang membiayai para politisi, mulai dari kampanye sampai proses pemilihan presiden dan anggota parlemen. Wajar kalau mereka memiliki pengaruh besar terhadap para politisi baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Di Inggris, sebagian besar anggota parlemen ini mewakili para penguasa, pemilik tanah, serta golongan bangsawan aristokrat. 

Pengkritik demokrasi seperti Gatano Mosca, Clfrede Pareto, dan Robert Michels cenderung melihat demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya, yang berkuasa adalah sekelompok kecil atas kelompok besar yang lain. Seperti di Indonesia, mayoritas kaum Muslim Indonesia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Indonesia lebih didominasi oleh kelompok minoritas, terutama dalam hal kekuasaan (power) dan pemilikan modal (kapital). 

Kritik yang sama muncul dari C. Wright Mills yang memokuskan penelitiannya pada persoalan elit politik. Berdasarkan penelitiannya pada sebuah kota kecil di AS, dia melihat bahwa meskipun pemilu dilakukan secara demokratis, ternyata elit penguasa yang ada selalu datang dari kelompok yang sama. Kelompok ini merupakan kelompok elit di daerah tersebut yang menguasai jabatan-jabatan negara, militer, dan posisi kunci perekonomian. Merekapun datang dari keluarga-keluarga kaya di daerah tersebut, yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah elit yang sama. Memang, secara ide, demokrasi sering menyatakan bahwa semua orang bisa menempati jabatan negara, militer, atau memegang posisi bisnis kelas atas. Akan tetapi, dalam kenyataannya, jabatan-jabatan itu diduduki oleh kelompok-kelompok tertentu. 
 
Pendukung demokrasi sangat bangga dengan menyatakan bahwa dalam demokrasi setiap keputusan yang diambil adalah suara mayoritas rakyat. Namun, kenyataannya tidaklah begitu. Tetap saja keputusan diambil oleh selompok orang yang berkuasa, yang memiliki modal besar, kelompok berpengaruh dari keluarga bangsawan, atau dari militer. 

Dalam sistem kapitalis, kekuatan pemilik modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, bukan rakyat secara keseluruhan. Merekalah yang banyak mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen atau pemerintahan. Ini tidak aneh, karena dalam sistem kapitalis, calon anggota parlemen haruslah memiliki modal yang besar untuk mencalonkan diri. 

Karena itu, kalau dia sendiri bukan pengusaha kaya, dia akan dicalonkan atau disponsori oleh para pengusaha kaya, sehingga politik uang sangat sering terjadi. Bisa disebut hampir mustahil, kalau ada orang bisa mencalonkan diri menjadi presiden atau anggota parlemen kalau tidak memiliki modal. 

Karena itu, keputusan yang diambil oleh parlemen pastilah sangat memihak pemilik modal besar tersebut. Dilegalisasinya serangan AS ke Irak oleh Parlemen Negara Paman Sam tersebut tidak bisa dilepaskan dari besarnya kepentingan ekonomi para pengusaha minyak AS terhadap Irak yang memiliki cadangan minyak kedua terbesar setelah Saudi Arabia

Dalam sejarah Inggris, PM Anthony Eden, misalnya, bahkan pernah mengumumkan perang terhadap Mesir dalam Krisis Suez tanpa terlebih dulu meminta persetujuan parlemen. Demikian juga serangan AS terhadap negara-negara lain seperti Irak, Afganistan, Sudan, Libya, Somalia; sering tanpa terlebih dulu disetujui oleh anggota parlemen. Dalam pembuatan UU, sebenarnya anggota parlemen lebih sering sebatas menngesahkan rancangan UU yang dibuat oleh eksekutif (presiden atau perdana menteri). 

Memang, dalam kenyataannya, sulit untuk membuat keputusan dengan terlebih dulu mendapat persetujuan rakyat. Bisa disebut, klaim ‘suara anggota parlemen adalah cerminan suara rakyat’ hanyalah mitos. Seharusnya, kalau prinsip ini benar-benar dilaksakan, setiap kali parlemen akan menghasilkan sebuah UU atau kebijakan, mereka bertanya dulu kepada rakyat, bagaimana pendapat mereka. Terang saja, cara seperti ini sangat sulit, untuk tidak dikatakan utopis. Apalagi, kalau negara tersebut memiliki jumlah penduduk yang sangat besar seperti AS dan Indonesia.
Klaim demokrasi yang lain, pemerintahan yang terpilih adalah pemerintahan rakyat. Anggapan ini, selain keliru, juga utopis. Pada praktiknya, tidak mungkin seluruh rakyat memerintah. Tetap saja yang menjalankan pemerintahan adalah elit penguasa yang berasal dari pemilik modal kuat atau pengendali kekuatan militer. 

(2) Demokrasi dan kebebasan. 
 
Bagi para pendukung demokrasi, kebebasan berpendapat dianggap sebagai salah satu nilai unggul dan luhur dari demokrasi. Kenyataannya tidaklah seperti itu. Tetap saja, dalam negara demokrasi, kebebasan berpendapat dibatasi oleh demokrasi itu sendiri. Artinya, pendapat yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi atau akan menghancurkan sistem demokrasi tetap saja dilarang. Organisasi atau partai politik yang dibebaskan adalah juga yang sejalan dengan demokrasi. Kalau tidak, mereka tetap saja dilarang. 

Sebenarnya dalam sistem apapun, wajar jika sebuah sistem politik memiliki batasan yang tidak boleh dilanggar, apalagi sampai menghancurkan sistem politik itu. Namun curangnya, pendukung demokrasi, sering mengklaim bahwa hanya sistemnya yang membolehkan kebebasan berpendapat, sementara sistem ideologi lain tidak. Padahal dalam kenyataannya, sistem demokrasi pun memberikan batasan tentang kebebasan berpendapat ini. 

Tidak mengherankan kalau negara yang dikenal ‘demokratis’, bahkan mahagurunya demokrasi, melarang sejumlah hal atas nama demokrasi. Di Prancis dan beberapa negara lainya di Eropa, jilbab dilarang atau paling tidak dihambat pemakainnya atas nama sekularisme (yang merupakan asas dari sistem demokrasi). Kelompok-kelompok Islam, juga atas nama demokrasi, sering dilarang dengan alasan mengancam sekularisme. Untuk memperkuat tuduhan tersebut, kelompok Islam yang dianggap bertentangan dengan sekularisme kemudian dikaitkan dengan tindakan terorisme. 

Atas nama perang melawan terorisme, kebebasan media masa dihambat, baik oleh negara ataupun oleh kesadaran media itu sendiri. Terbukti, banyak berita yang diplintir untuk kepentingan AS dalam Perang Irak, sementara berita yang dianggap mengancam kepentingan AS disensor. Larangan terhadap stasiun Aljazeera di Irak oleh pemerintah sementara Irak bentukan AS (jadi pasti di bawah tekanan AS) merupakan praktik lain dari kebohongan kebebasan demokrasi. 

Fakta lain, kekhawatiran munculnya sistem Islam telah mendorong penguasa sekular dan militer memberangus dan membatalkan kemenangan FIS di Aljazair—sebuah tindakan yang jelas-jelas tidak demokratis. Namun, negara-negara demokrasi seperti Prancis, Inggris, dan AS diam terhadap persoalan ini. Sebab, sistem Islam akan membuat negara-negara imperialis kehilangan kontrol terhadap negara bekas jajahannya itu. 

Barat pada umumnya, khususnya AS, juga memuji-muji Turki sebagai model pemerintah ideal bagi umat Islam. Turki dianggap telah mempraktikkan demokrasi Islam. Padahal, di Turki, memakai kerudung saja dilarang dengan alasan bertentangan dengan prinsip sekularisme. Partai Raffah, yang sebenarnya sudah mengakui sekularisme Turki, juga terus ditekan, dan bahkan dibubarkan; lagi-lagi karena dianggap membahayakan sekularisme. 
 
(3) Demokrasi dan kesejahteraan. 
 
Banyak penganut sekularisme memandang bahwa demokrasi akan membawa kesejahteraan bagi dunia. Hal ini sering dipropagandakan oleh negara-negara Barat kepada Dunia Ketiga supaya mereka mau dan setia menerapkan sistem demokrasi, tentu saja termasuk Dunia Islam. Namun, apa kenyataannya? Sistem demokrasi yang dipraktikkan oleh negara-negara kapitalis hanyalah memakmurkan dunia Barat saja atau negara-negara boneka Barat yang menjadi agen kapitalisme Barat seperti Jepang dan Singapura. Sebaliknya, Dunia Ketiga tetap saja menderita. Lihat saja, saat dunia dipimpin dan dikendalikan oleh negara-negara kapitalis penjajah, Dunia Ketiga semakin tidak sejahtera. Badan pangan dunia (FAO), dalam World Food Summit pada 2002, menyatakan bahwa 817 juta penduduk dunia terancam kelaparan, dan setiap 2 detik satu orang meninggal dunia akibat kelaparan. Kemiskinan terbesar ada di negara-negara Afrika (Sebaliknya, pada saat yang sama penduduk negara-negara maju sibuk melawan kegemukan). Padahal, sebenarnya hanya diperlukan dana sebesar 13 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sanitasi di seluruh dunia. Jumlah itu ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan pengeluaran pertahun orang-orang di Amerika dan Uni Eropa untuk membeli parfum mereka (Ignacio Ramonet, The Politics of Hunger, Le Monde Diplomatique, November 1998). Walhasil, pangkal kemiskinan di dunia tidak lain adalah sistem Kapitalisme internasional yang dipraktikkan saat ini oleh negara-negara maju yang mengklaim sebagai negara paling demokratis di dunia. 

Sementara itu, kesejahteraan yang dialami negara-negara maju sebetulnya bukan karena faktor demokrasinya, tetapi karena ekploitasi mereka terhadap dunia lain. Sebab, sudah merupakan sifat dari ideologi Kapitalisme untuk menjajah dan mengeksploitasi kekayaan negara-negara lain secara rakus. Dengan itulah Kapitalisme tumbuh di dunia. Mereka merampok dan memiskinkan Dunia Ketiga secara sistematis lewat berbagai cara seperti krisis moneter, privatisasi, pasar bebas, pemberian utang, standarisasi mata uang dolar, dan mekanisme perampokan lainnya. 

Demokrasi sering dimanfaatkan oleh negara-negara imperialis untuk kepentingan penjajahan ekonomi mereka. Artinya, sebuah negara yang dijadikan target untuk dieksploitasi sering dicap sebagai pelanggar demokrasi dan HAM. Itulah yang kemudian dijadikan alasan oleh mereka untuk menyerang negara tersebut, mengintervensinya, atau memboikot ekonominya. Lihat saja bagaimana Irak yang kaya dengan minyak dijajah oleh AS dengan alasan demokratisasi. Beberapa negara, seperti Cina, sering dikenakan sanksi ekonomi, juga dengan memunculkan alasan melanggar demokrasi dan HAM. Sebaliknya, negara-negara yang jelas-jelas tidak demokratis seperti Saudi Arabia, Kuwait, atau Bahrain tetap dipelihara oleh AS. Sebab, AS mempunyai kepentingan minyak di negara-negara tersebut. 

Tidak adanya relevansi antara demokrasi dan kesejahteraan bisa dibuktikan. Beberapa negara Dunia Ketiga yang dikenal paling demokratis, seperti India atau Filipina, ternyata bukanlah negara sejahtera. Penduduknya juga banyak hidup dalam penderitaan. Indonesia, yang sering dipuji lebih demokratis pada masa reformasi, mayoritas rakyatnya juga jauh dari sejahtera. Sebaliknya, banyak negara yang dikenal tidak demokratis justru kaya seperti Saudi Arabia, Kuwait, Bahrain, atau Brunei. Di sini jelas, demokrasi bukanlah faktor kunci sejahtera-tidaknya sebuah negara. 

(4) Demokrasi dan stabilitas. 
 
Mitos lain adalah demokrasi akan menciptakan stabilitas. Dalam banyak kasus, yang terjadi justru sebaliknya. Kran demokrasi yang diperluas ternyata menimbulkan banyak konflik di tengah masyarakat. Secara konseptual, hubungan konflik dan demokrasi bisa dirujuk pada ide utama demokrasi, yakni kebebasan atau kemerdekaan. Ketika pintu demokrasi dibuka, banyak pihak kemudian menuntut kebebasan dan kemerdekaan; biasanya atas nama bangsa, suku, kelompok. 

Muncullah konflik antar pihak yang bersinggungan kepentingan atas nama bangsa, suku, atau kelompoknya. Muncul pula perdebatan batasan wilayah dan kekuasaan masing-masing. Bersamaan dengan itu, muncul persaingan internal elit politik yang ingin muncul sebagai penguasa baru. 

Contoh nyata dalam hal ini adalah Indonesia. Masa reformasi ditandai dengan meningkatnya konflik di beberapa tempat, seperti Timor Timur (yang kemudian lepas), Aceh,Maluku, dan Papua. Konflik ini sebagian besar dipicu oleh isu keinginan untuk memisahkan diri (disintegrasi) dengan alasan kemerdekaan untuk menentukan nasib sendiri sebagai bagian dari asas kebebasan—sebagai pilar utama demokrasi. 

Pemilihan kepala daerah yang sering kisruh di beberapa tempat juga merupakan hasil dari demokrasi. Sebelumnya, pada masa Orde Baru, kepala daerah ditentukan oleh Presiden. Atas nama aspirasi masyarakat daerah, kepala daerah kemudian dipilih oleh DPRD masing-masing, yang kemudian menyulut berbagai konflik horisontal antar masyarakat. 

Hal yang sama tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi wilayah dunia yang lain. Demokrasi kemudian memunculkan fanatisme nasionalisme atas nama bangsa, suku, kelompok. Disintegrasi negeri-negeri eks komunis, seperti Soviet dan Yugoslavia, sebelumnya diyakini sebagai cahaya terang demokrasi. Kenyataannya, disintegrasi menimbulkan konflik yang berlarut-larut hingga kini, dengan korban manusia yang tidak sedikit. Konflik antar etnis pun terjadi, masing-masing dengan alasan yang sama: kemerdekaan bangsa. Belum lagi, kalau kita membicarakan korban-korban perang atas nama demokrasi yang disulut oleh negara AS. Apa yang terjadi di Irak merupakan contoh yang jelas. 

Tawaran demokrasi AS ternyata menimbulkan banyak penderitaan bagi rakyat Irak hingga kini. Perang atas nama demokrasi ini telah menimbulkan puluhan ribu korban manusia. Inikah yang disebut dengan stabilitas? 

(5) Demokrasi dan kemajuan. 
 
Pidato Bush yang menyatakan bahwa tanpa demokrasi Timur Tengah akan menjadi stagnan (jumud)—seakan-akan kemajuan ditentukan oleh apakah negara itu menganut sistem demokrasi atau tidak—patut dikritisi. Argumentasi yang sering dilontarkan, demokrasi menjamin kebebasan, sementara kebebasan adalah syarat bagi kemajuan. Dengan kata lain, reason (akal) bisa produktif karena adanya freedom (kebebasan), baik freedom of thinking (kebebasan berpikir) maupun freedom of speech (kebebasan berbicara), dan keduanya itu hanya ada dalam sistem demokrasi. Karena itu, demokrasi mutlak harus diperjuangkan. 

Benarkah dengan kebebasan akan diperoleh kemajuan intelektual? Tentu saja tidak sesederhana itu. Rusia pada masa kejayaan Komunisme meraih kemajuan di bidang sains dan teknologi. Mereka mampu menciptakan teknologi canggih hingga ke teknologi ruang angkasa. Padahal Komunisme sering diklaim memberangus kebebasan. 

Bandingkan pula dengan masa kejayaan Islam, yang jelas bukan berdasarkan sistem demokrasi. Betapa banyak karya intelektual yang dihasilkan oleh para pemikir Islam saat itu. Jutaan karya intelektual dihasilkan oleh para ulama besar seperti an-Nawawi, Ibn Taimiyah, Ibn hajar al-Asqalani, dan lainnya. Dunia Islam pun dipenuhi dengan penemuan-penemuan baru di bidang sains dan teknologi, yang diakui oleh banyak pihak. Bandingkan dengan sekarang. Sebaliknyalah yang terjadi, negeri-negeri Islam yang sebagian besar menganut sistem demokrasi mundur dalam bidang sains dan teknologi. Lihat pula intelektualitas para penyeru kebebasan di negeri Islam, berapa banyak dan bagaimana mutu tulisan mereka dibandingkan dengan ulama-ulama Islam terdahulu. 

Jadi, persoalannya bukanlah masalah kebebasan atau tidak, tetapi apakah masyarakat itu memiliki kebiasan berpikir yang produktif atau tidak. Berpikir produktif sendiri merupakan hasil dari kebangkitan berpikir yang didasarkan pada ideologi (mabda’) tertentu. Jadi, lepas sahih atau tidak, ideologi yang dianut oleh suatu bangsa atau masyarakat akan mendorong produktivitas berpikir bangsa tersebut. Sebab, karakter dasar dari ideologi adalah senantiasa ingin memecahkan persoalan manusia secara menyeluruh, sekaligus mempertahankan dan menyebarkan ideologinya. Semua itu membutuhkan berpikir yang produktif. 

Demokrasi: Alat Penjajahan Barat
 
Propaganda demokratisasi di negeri-negeri Islam pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan negara-negara kapitalis penjajah. Sebab, tujuan dari politik luar negeri dari negara-negara kapitalis itu memang menyebarkan ideologi Kapitalisme mereka, dengan demokrasi sebagai derivatnya. Tersebarnya nilai-nilai Kapitalisme di dunia ini akan menguntungkan negara-negara kapitalis; mereka akan tetap dapat mempertahankan penjajahannya atas negeri-negeri Islam.
Demokrasi digunakan untuk menjauhkan kaum Muslim dari sistem Islam yang bersumber dari Allah Swt. Sebab, demokrasi menyerahkan kedaulatan ke tangan manusia, sementara dalam Islam kedaulatan ada di tangan Allah Swt. Demokrasi pun digunakan untuk memerangi kaum Muslim. Atas nama menegakkan demokrasi dan memerangi terorisme, negeri-negeri Islam diserang dan dijajah, seperti yang terjadi di Irak dan Afganistan. 

Untuk menyebarluaskan demokrasi itu, negara-negara kapitalis melakukan berbagai penipuan dan kebohongan. Ide demokrasi pun dikemas sedemikian rupa sehingga tampak bagus dan memberikan harapan kepada kaum Muslim. Alih-alih memberikan solusi terhadap persoalan kaum Muslim, sistem demokrasi justru memperparah kondisi kaum Muslim. Penyebab persoalan kaum Muslim justru adalah penerapan sistem demokrasi yang membuat mereka jauh dari aturan-aturan Allah. Padahal, hanya dengan penerapan aturan Islamlah kaum Muslim terbebas dari berbagai persoalan dan penjajahan. (FARID WADJDI)

sumber: http://farid1924.wordpress.com
READ MORE - Kebobrokan Demokrasi (Sebuah Tinjauan Kritis) ~ oleh Farid Wadjdi