Jumat, 11 Februari 2011

((GHADIR KHUM yang di distorsi)) Pidato Perpisahan (2) >> oleh: M Iman Taufiqurrahman


GHADIR KHUM
Yang di DISTORSI

من كنت مولاه فعلي مولاه
Barangsiapa yang menganggap saya mawla-nya,
maka Ali adalah mawla-nya.
Sabda Rasulullah SAW di Ghadir Khum.

  2- pidato perpisahan

Kaum syi’ah berpandangan bahwa setelah Rasulullah SAW tuntas melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan), kemudian beliau melakukan Khutbatul Wada’ (pidato perpisahan) di bukit Arafah (Makkah). Setelah itu menunjuk Ali RA sebagai pengganti Imaam pasca Muhammad di ghadir khum. Penunjukan Ali RA sebagai pengganti Imamah pasca Rasulullah di Ghadir Khum karena Ghadir Khum adalah tempat strategis antara Makkah dan Madinah (dekat Juhfah). Tempat itu adalah tempat yang strategis,  dimana orang dari berbagai daerah yang berbeda biasa bertemu dan saling menyapa sebelum mengambil rute yang berbeda menuju daerah masing-masing.

Perlu kiranya kita kritisi dengan nalar yang lurus dan bersih, pandangan tersebut.
Ghadir Khum adalah tempat yang jaraknya dengan Makkah adalah 250 KM. Mengapa tidak di Arafah saja penunjukan itu?. Bukankah pada saat di Arofah ummat Islam mayoritas masih ada?. Ummat Islam yang dengan antusias melaksanakan Ibadah Haji dari Thaif, Yaman, Makkah dan madinah belum pulang kembali ke tempatnya.

Ghadir Khum bukanlah tempat persinggahan bagi penduduk Makkah dan Thaif. Orang Makkah kalau sudah Ibadah Hajji tidak perlu singgah dahulu ke Ghadir Khum dengan menempuh jarak 250 KM. Tinggal langsung saja pulang, bukankah Baitullah itu di Makkah?
Orang Thaif juga tidak masuk akal kalau harus singgah dulu di Ghadir Khum sebelum pulang ke thaif. Karena kalau singgah ke Ghadir Khum berarti: setelah Hajji ia harus menempuh jarak 250 KM dari Makkah setelah itu balik lagi ke Makkah kemudian baru ke Thaif yang hanya puluhan KM saja dari Makkah. Berarti kalau ke Ghadir Khum dahulu jarak tempuhnya adalah 500 KM ditambah puluhan KM dari Makkah ke Thaif. Kenapa tidak langsung saja dari makkah ke Thaif? Sehingga jarak tempuhnya hanya puluhan KM saja. Ingat arah Thaif itu sebelah selatan Makkah. Sementara Ghadir Khum arah utara dari makkah.

Orang Yaman apalagi arahnya sebelah selatan dari Makkah, dan jaraknya lebih jauh dari thaif. Masuk akalkah jika orang Yaman yang arahnya ke Selatan harus menempuh jalur utara dulu di ghadir khum.

Yang Masuk akal hanyalah orang Madinah yang sebelah utara Makkah sehingga logis jika mampir di Ghadir Khum.

Jadi sungguh bukan tempat yang strategis sebagai tempat singggah seluruh ummat Islam pasca Hajji Wada’. Apalagi jika sebagai tempat strategis untuk mengumumkan ke Imamahan Ali. Bukankah lebih tepat pengumuman keimamahan Ali itu di Arafah?, saat mayoritas ummat Islam masih berkumpul disana sebelum kembali ke tempatnya masing-masing.

Maka saya sependapat dengan Syaikh Mufid seorang ulama besar klasik Syi’ah dengan Kitabnya Al-Irsyad. Yang menghubungkan Pidato Ghadir Khum sebagai Hiburan bagi Ali RA dan pembelaan beliau terhadap Ali RA atas kritik pedas pasukan Ali RA. Bukan Pidato pengumuman Ke Imamahan Ali RA pasca Rasulullah SAW.

Satu lagi yang kiranya perlu diteliti dengan cermat, bahwa syi’ah berpendapat bahwa yang hadir di Ghadir Khum itu adalah 100 Ribu orang. Kalau sejumlah itu di Arafah sangat logis, tetapi jika di Ghadir Khum?.

TULISAN TERKAIT:
TU;ISAN INI:
BERSAMBUNG KE TULISAN:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar