Jumat, 11 Februari 2011

(( GHADIR KHUM yang di distorsi )) Latar Belakang >> oleh : m iman taufiqurrahman


GHADIR KHUM
Yang di DISTORSI

من كنت مولاه فعلي مولاه
Barangsiapa yang menganggap saya mawla-nya,
maka Ali adalah mawla-nya.
Sabda Rasulullah SAW di Ghadir Khum.


  1- latar belakang

Peristiwa Ghadir Khum bukanlah maklumat Rasul akan kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib RA setelah Rasulullah SAW. Persisnya adalah pembelaan Rasul kepada Ali RA karena kritikan yang dilontarkan sebagian manusia kepadanya pada saat ekspedisi ke Yaman yang dipimpin Ali RA dengan membawa kesuksesan besar dengan membawa banyak harta rampasan perang.

Pada saat pembagian ghanimah ini terjadi perbedaan pendapat dengan pasukannya yang berujung pada kritikan pedas kepada Ali Bin Abi Thalib.

Hal ini dikisahkan oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah :
Diantara seperlima harta rampasan yang disebutkan, terdapat banyak kain yang cukup dipakai oleh seluruh pasukan, tetapi Ali ra telah memutuskan bahwa itu harus diserahkan kepada Rasulullah dulu dengan tanpa disentuh.

Setelah kemenangan di Yaman, Ali ra menempatkan wakil komandan pasukannya untuk bertanggung jawab atas pasukan yang ditempatkan di Yaman, sementara dia sendiri pergi menuju Mekah untuk menjumpai Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk melaksanakan ibadah Haji.

Saat Ali tidak ada, akan tetapi, orang yang dia tinggalkan untuk bertanggung jawab atas pasukannya di bujuk untuk meminjamkan kepada masing-masing orang sebuah pakaian ganti dari kain tersebut. Penrgantian pakaian sangat diperlukan bagi mereka yang telah meninggalkan rumah hampir selama tiga bulan.

Pasukan yang ditempatkan di Yaman kemudian berangkat menuju Mekah untuk melaksanakan haji bersama Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Ketika mereka berada tidak jauh dari kota (Mekah), Ali ra keluar menemui mereka dan terkejut melihat perubahan yang terjadi (sehubungan dengan pakaian yang mereka kenakan).

“Saya memberi mereka pakaian” berkata wakil komandan pasukan, “yang penampilan mereka mungkin lebih layak ketika mereka berbaur dengan orang-orang. Mereka semua tahu bahwa setiap orang di Mekah saat itu sedang mengenakan baju terbaik mereka untuk menghormati hari besar (ibadah haji), dan mereka ingin sekali memperlihatkan penampilan mereka yang terbaik, tetapi Ali ra merasa tidak dapat tenang dengan membebaskannya dan dia memerintahkan mereka untuk memakai kembali pakaian lama mereka dan mengembalikan yang baru ke tempat barang rampasan. Kekecewaan/kekesalan yang besar dirasakan oleh seluruh pasukan atas keputusan itu, dan ketika Nabi shalallahu alaihi wassalam mendengar hal itu, beliau bersabda : “wahai manusia, jangan mencela/menyalahkan Ali, dia terlalu cermat di jalan Allah untuk disalahkan.” Tetapi kata-kata ini tidak cukup, atau mungkin mereka mendengarnya hanya sedikit, dan kekesalan diantara mereka tetap masih berlanjut.

Pada saat kembali ke Madinah salah seorang dari pasukan komplain dengan keras mengenai Ali ra kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam yang langsung berubah wajahnya. “Apakah saya tidak lebih dekat dengan kaum mukminin dibandingkan diri mereka sendiri?” beliau berkata; dan ketika orang tersebut membenarkannya, beliau menambahkan : “Barangsiapa yang menganggap saya mawla-nya, maka Ali adalah mawla-nya.” Berikutnya dalam perjalanan ketika mereka berhenti di Ghadir Khum, beliau mengumpulkan semua orang bersama-sama, dan mengambil tangan Ali, beliau mengulang kata-kata ini (“Barangsiapa yang menganggap saya mawla-nya, maka Ali adalah mawla-nya.”), dimana beliau menambahkan dengan do’a : “Ya Allah, jadikan teman, orang-orang yang menjadi temannya, dan jadikan musuh orang-orang yang memusuhinya”. Dan keluhan-keluhan terhadap Ali ra pun berhenti.

Pasukan di bawah tanggung jawab Ali ra tidak hanya gelisah atas pergantian pakaian tetapi juga atas pembagian harta rampasan secara umum. Kaum muslimin bersyukur akan kepemimpinan terbaik Ali ra yang telah mendapatkan banyak unta rampasan, tetapi Ali ra melarang mereka untuk memiliki unta-unta tersebut. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa Ali ra mencegah mereka menaiki unta-unta hasil rampasan perang yang mereka telah dapatkan. Tetapi ketika Ali ra telah berangkat ke Mekah, wakil komandan pasukannya telah mengalah kepada pasukannya dan mengijinkan mereka untuk menaiki unta-unta tersebut. Ketika Ali ra melihat hal itu, dia menjadi marah dan menyalahkan wakil komandan pasukannya. Abu Sa’id ra berkata : “ketika kita dalam perjalanan kembali ke Madinah, kami menyebutkan kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam kekerasan yang telah kami lihat dari Ali; Nabi shalallahu alaihi wassalam berkata : “Hentikan… Demi Allah, saya telah mengetahui bahwa dia (Ali ra) telah melakukan hal yang baik untuk Allah.”

Sebuah kejadian serupa diceritakan oleh Ibnu Ishaq di Sirah Rasul :
Ketika Ali ra datang dari Yaman untuk menjumpai Rasulullah shalallahu alaihi wassalam di Mekah, Ia cepat-cepat menjumpai beliau dan memberikan tanggung jawab atas pasukannya kepada salah satu sahabatnya yang pergi dan menghalangi setiap orang yang memaksa mengenakan pakaian dari kain milik Ali. Ketika pasukan mendekat, Ia (Ali ra) keluar untuk menemui mereka dan menemukan mereka memakai pakaian tersebut. Ketika dia menanyakan apa yang terjadi, orang yang ditunjuk wakil oleh Ali ra menjawab bahwa dia telah memberikan pakaian kepada orang-orang agar bisa terlihat layak ketika mereka berbaur dengan orang-orang. He (Ali) memerintahkan kepadanya untuk menanggalkan pakaian-pakaian tersebut sebelum mereka datang kepada Rasul shalallahu alaihi wassalam dan mereka melakukannya dan menaruhnya kembali diantara barang rampasan. Pasukan menunjukkan kekesalan mereka pada perlakuan mereka… ketika orang-orang komplain mengenai Ali ra, Rasul shalallahu alaihi wassalam angun memanggil mereka dan dia (periwayat) mendengar beliau (Nabi shalallahu alaihi wassalam) bersabda : “Jangan mencela/menyalahkan Ali, dia terlalu cermat atas hal-hal milik Allah, atau dalam meniti jalan Allah, untuk dicela.
(Ibnu Ishaq, Sirah Rasul , hal 650)

Konteks dari hadits Ghadir Khum harus dipertimbangkan, Apa yang terjadi di Ghadir Khum adalah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam merespon individu-individu tertentu yang mengkritik Ali bin Abi Thalib ra. Latar belakang dibalik peristiwa ini adalah beberapa bulan sebelumnya, Nabi shalallahu alaihi wassalam telah mengutus Ali ra bersama 300 orang ke Yaman dalam sebuah ekspedisi. Ini disebutkan di website Syi’ah www. Najaf.org : “Ali ditunjuk sebagai pemimpin dalam ekspedisi ke Yaman”. (http://www.najaf.org/english/book/20/4.htm).

Latar belakang peristiwa Ghadir Khum dengan kritikan pedas Pasukan ekspedisi Yaman itu disangkal oleh beberapa tokoh syia’h dan menuduh latar belakang itu hanyalah pemaksaan sunni. Tentu saja agar tidak nampak bahwa hadits Ghadir Khum sebagai HIBURAN dari Rasul  bagi Sayyidinaa Ali, sekaligus meredam pengkritik pedasnya. Sehingga mereka hendak menarik hadits Ghadir Khum sebagai maklumat KHILAFAH / IMAMAH pasca Nabi Muhammad SAW.

Sekali lagi, peristiwa perdebatan dan kritikan pedas pasukan ekspedisi Yaman dengan Ali dan hubungannya dengan Ghadir Khum direkam oleh Syaikh Mufid seorang ulama besar klasik Syi’ah t kitabnya Al-Irsyad menyebutkan kisah perdebatan antara Ali ra dan pasukannya di Yaman di bawah judul “Haji perpisahan Rasulullah dan Deklarasi di Ghadir Khum”.

… Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, telah mengirim dia (Ali as), ke Yaman untuk mengumpulkan pembagian khumus dari emas mereka dan mengumpulkan baju besi dan barang-barang yang lainnya… kemudian Nabi (s) memutuskan untuk pergi haji dan melakukan kewajibannya dimana Tuhan Yang Maha Agung telah memutuskan…
Beliau (s), berangkat dengan mereka pada 5 hari terakhir bulan Dzul Qa’dah. Beliau telah menulis untuk Amirul Mukminin Ali as tentang berangkat haji dari Yaman…

Sementara itu, Amirul mukminin as, pergi dengan pasukan yang menemani beliau ke Yaman. Ada bersamanya baju besi-baju besi yang dia telah kumpulkan dari penduduk Najran. Ketika Rasulullah (s) telah mendekati Mekah di jalan dari arah Madinah, Amirul Mukminin Ali as sedang mendekati Mekah di jalan dari arah Yaman. Dia (Ali) pergi mendahului pasukannya untuk menjumpai Nabi shalallahu alaihi wassalam dan dia menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan kepada salah seorang dari pasukannya. Dia datang kepada Nabi (s) sesudah memasuki Mekah. Ia (Ali) menyalami beliau (Nabi) dan menginformasikan kepada beliau mengenai apa yang telah dilakukannya dan apa yang ia telah kumpulkan (dalam Khumus) dan bahwa dia telah buru-buru pergi mendahului pasukannya untuk menemui beliau. Rasulullah (s) senang atasnya dan gembira berjumpa dengan dia…
Amirul mukminin as pamit kepada beliau (Nabi) dan kembali ke pasukannya. Ia bertemu mereka di tempat yang tidak jauh dan menemukan mereka telah memakai bajubesi-bajubesi yang mereka bawa. Ia (Ali) marah kepada mereka karenanya.

“Aib atasmu”! Ia (Ali) berkata kepada orang yang dia tunjuk sebagai wakil pasukannya. “Apa yang membuat kamu memberikan kepada mereka bajubesi sebelum kita serahkan kepada Rasulullah (s)?”. “Saya tidak memberi ijin kepadamu untuk melakukan itu.”

“Mereka meminta saya untuk membiarkan mereka menghias diri mereka dan masuk ke tanah suci, dan kemudian mereka akan mengembalikannya lagi kepada saya,” Ia menjawab.

Amirul mukminin as mengambil kembali baju besi tersebut dari orang-orang dan menaruhnya kembali ke karung-karung. Mereka (pasukan Ali as) merasa tidak puas kepada Ali karena hal itu. Ketika mereka sampai di Mekah, mereka komplain kepada Amirul Mukminin as berkali-kali. Rasulullah (s) berseru diantara orang-orang : “Hentikan lisanmu terhadap Ali bin Abi Thalib, dia adalah seorang yang tajam untuk kepentingan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, bukanlah dia orang yang menipu dalam agamanya…

Ketika Rasulullah melakukan ibadah haji, beliau jadikan Ali sebagai partnernya dalam menyembelih hewan kurban. Kemudian beliau memulai perjalanan kembali ke Madinah. Ali as dan kaum muslimin pergi bersama beliau. Beliau sampai ke suatu tempat yang dikenal dengan nama Ghadir Khum…
(Kitab al-Irsyad, by Syaikh Mufid, hal.119-123)

Bersambung Ke: 

1 komentar:

  1. seluruh catatan ini:
    1. Latar Belakang
    2. Pidato Perpisahan
    3. Maka ali Maula-nya
    4. Hanya syi'ah
    5. Ayat tablig
    6. Keistimewaan Ali

    BalasHapus