Pemimpin jang oeloeng dan bidjaksana dalam perdjoeangan, tidaklah moedah menggerakkan kaki dan tangan, bibir dan penanja, hanya “asal berdjoeang sadja”. Te-tapi tiap-tiap gerak dan langkahnja haroes bersandarkan kepada “perhitoengan jang pasti” (seperti moemkin, sepandjang atau sependek hitoengan akal manoesia). Teroetama bila ia masoek golongan pemimpin Islam, maka selain berdasarkan kepada “hitoengan jang pasti” itoe, poen haroes poela ia selaloe mengingati “ketentoean-ketentoean hoe-koem”, dan senantiasa oesaha menjelaraskan tiap-tiap langkah dan amal perboeatannja dengan ketentoean-ketentoean hoekoem itoe (taufiq), walaupoen dalam pada itoe –dimana perloe dan seberapa perloenja–, ia terpaksa menentang nafsoenja sendiri atau melawan nafsoe galongannja.
Selain daripada itoe, tiap-tiap pemimpin Islam djangan poetoes-poetoes meman-djatkan harap dan doe’a kepada ‘Azza wa Djalla, berkenanlah kiranja Ia kepada hamba-Nja bagi memperoleh petoendjoek Ilali (hidajatoellah) jang sempoerna, sehingga dalam hal itoe ia selaloe menerima pimpinan jang soetji, pimpinan dari Allah, satoe-satoenja djalan jang mendjamin keselamatan Doenia dan kesedjahteraan Achirat, baik boeat diri maoepoen boeat masjrakat seloeroehnja.
Sjahdan, maka pada waktoe ini kita menghadapi perdjoeangan doea moeka (kata bahasa asing: twee-fronten-strijd). Jang pertama meroepakan perdjoeangan keloear (extern), ialah Revolusi Nasional, jang menolak tiap-tiap serangan pendjadjahan asing; dan jang kedoea berwoedjoetkan perdjoeangan kedalam (intern), ialah Revolusi Sosial, jang bermaksoed menjelesaikan dan menjempoernakan segala oeroesan dalam negeri, sehingga Republik Indonesia mendjadi satoe Negara Merdeka, jang kokoh, koeat dan sentausa (Stable Governement).
Maka setengah pemoeka perdjoeangan berpendapat, bahwa Revolusi Sosial haroes diselesaikan lebih doeloe. Sebab ia berkejakinan, bahwa Revolusi Nasional tidak akan berlakoe sehebat-hebat dan sesempoerna-sempoernanja, djika Revolusi Sosial beloem lebih doeloe diselesaikan.
Sebaliknja, maka setengah daripada pemoeka perdjoeangan lainnja berpendapat, bahwa penjelesaian Revolusi Nasional haroes didahoeloekan. Sebab pada anggapan dan kejakinan pihak perdjoeangan ini, masalah dalam (Revolusi Sosial) adalah barang jang agak moedah, jang boleh diselesaikan antara kita dengan kita, sedang sementara ini moesoeh soedah bersarang ditengah-tengah masjarakat kita. Lebih landjoet, kata pihak ini: “Apa artinja kita menegoehkan Kedaulatan Repoeblik kita, djika pengaroeh pendjadjah nanti soedah masoek dalam toelang soengsoem ra’jat kita ?” Malah tiap-tiap ideologi poen tidak lagi mempoenjai hak hidoep dan hak berlakoe dengan seper-tinja, selama kita masih selaloe tergoda oleh nafsoe angkara moerka jang senantiasa ingin mendjadjah bangsa kita itoe.
Memang! Sekalian pemoeka dan pemimpin soedah sepakat kata, bahwa tiadalah sesoeatoe tjita-tjita (ideologi) dapat berkembang dengan loehoernja di Indonesia, ketjoeali djika Indonesia soedah merdeka 100pCt., merdeka “de facto” dan merdeka “de jure”, merdeka menoeroet boekti kenjataan dan merdeka jang sah, sepandjang hoe-koem doenia Internasional. Inilah sebabnja, maka pendirian kita didalam menentoekan taktik perdjoeangan oentoek mentjapai idoelogi Islam, kita bagi djoega di dalam 2 tingkatan, menoeroet ‘alam perdjoeangan dan masa perdjoeangan, jang lagi kita hadapi.
Tingkatan pertama: Selama Indonesia beloem merdeka 100 pCt., maka kita haroes mengoetamakan dan mendahoeloekan Revolusi Nasional lebih daripada Revolusi Sosial.
Taktik jang seroepa itoe tidaklah sekali-kali menoetoep atau mengoerangkan perdjoe-angan kita dalam negeri. Tidak! sekali kali tidak! Tetapi kekoeatan kita, kekoeatan ra’jat, kekoeatan Oemmat Islam haroes dibagi mendjadi 2 bagian. Bagi jang terbesar diper-goenakan oentoek ikoet menjelesaikan Revolusi Nasional, sedang bagian ketjil hen-daknja kita sediakan oentoek ikoet menjelenggarakan berlakoenja Revolusi Sosial.
Tingkatan Kedoea: Djika, dengan tolong dan koernia Toehan Indonesia soedah merdeka 100 pCt, maka kita pergoenakan segenap tenaga kita oentoek kepentingan Revolusi Sosial semata-mata.
Adapoen Revolusi Nasional pada waktoe itoe boleh dikata hampir tidak meng-hendaki tenaga lagi, dan djika perloe tenaga, hanjalah meroepakan persiapan, persediaan dan pendjagaan bahaja dari loear belaka. Kemoedian daripada itoe, perloe djoega kiranja ditambahkan beberapa pemandangan ringkas, tetapi djelas dan tegas, oentoek mengoe-atkan apa jang dirawaikan di atas.
Dibeberapa tempat ditanah Djawa soedah moelai berlakoe Revolusi Sosial. Bahkan ada poela jang soedah hampir selesai, soenggoeh poen dalam oekoeran “normaal “masih djaoeh dari sempoerna. Semoeanja itoe sesoenggoehnja terbatas oleh keadaan dan kedjadian ditempat dan daerah itoe sendiri.
Djawa pada dewasa ini, Revolusi Sosial moemkin dapat berlakoe -bersamaan dengan waktoe berlakoenja Revolusi Nasional–, djika keadaan ditempat atau daerah itoe menoen-toet dan menghendakinja. Dan bilamana terpaksa terdjadi jang seroepa itoe, maka hendaknja didjaga beberapa perkara, diantaranja ialah:
- Peliharalah eratnja persatoean antara Pemerintah dan Ra’jat, dan djagalah persatoean antara golongan dengan golongan, antara berbagai-bagai Lapisan ra’jat, sehingga moemkin terdjadi pertjideraan, pertikaian atau pertengkaran, jang kadang-kadang menimboelkan koerban. Sebab, setiap oesaha jang mereng-gangkan kita sama kita, tiap-tiapnja itoe mendjadi keoentoengan moesoeh, maka hendaknja kita haroes lebih tambah berhati-hati, tertib dan teliti dalam tiap-tiap gerak dan langkah kita.
- Revolusi Sosial itoe djangan hendaknja hanja memberi keoentoengan kepada tempat atau daerah itoe sendiri sadja, tetapi djoega menimboelkan keoen-toengan nasional. Tegasnja, Revolusi Sosial jang berlakoe itoe dapatlah kiranja menambah pesatnja kekoeatan, boeat menjelesaikan Revolusi Nasional.
Adapoen Revolusi jang kita harapkan ialah Revolusi jang membangoen (konstruktif) dan boekan Revolusi jang membongkar (destruktif), jang menoemboehkan “hoeroe-hara” atau “perang saudara” dalam kalangan bangsa kita sendiri. Padahal tiada-lah mara-bahaja jang lebih hebat dan dahsjat, jang boleh menimpa Oemmat dan Negara, melainkan toemboehnja “hoeroe-hara” dan “perang saudara” itoe, teristimewa sekali pada masa jang segenting ini, dimana nasibnja bangsa dan Negara kita hanja tergantoeng kepada kekoeatan diri sendiri semata-mata dan pada hakikatnja hanja terkandoeng kepa-da tolong dan koernia Ilahy.
Oleh sebab itoe, kami berharap, moega-moega kejakinan jang seroepa ini dan taktik perdjoeangan jang kita lakoekan itoe, tidak hanja mendjadi milik kita sendiri sadja, miliknja Party Politik Islam Masjoemi dan Oemmat Islam oemoemnja, melainkan djoega merata kepada sekalian ahli perdjoeangan, jang sama-sama menghendaki kemoeliaan noesa, bangsa dan teroetama Agama, dalam melakoekan wadjib kita bersa-ma, menegakkan Kedaulatan Repoeblik Indonesia. Kalau kita selaloe mendjaoehkan masalah masalah jang ketjil (far’iyah) dari pandangan kita dan melihat kewadjiban2 jang besar (oesoel), jang selamanja menantikan kita, insja Allah segala sesoeatoe akan dapat kita selesaikan bersama-sama, dengan tjara jang sebaik-baiknja.
*Halaman 7 dari 8 halaman (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar